Daftar isi
Pendidikan
J.E. Tatengkeng berasal dari latar belakang keluarga Kristen yang taat. Ayahnya guru Injil dan kepala sekolah Zending. J.E. Tatengkeng menempuh pendidikan pertama kali di Zendingsvolksschool berbahasa Sangihe di Mitung. Sesudah itu ia melanjutkan ke HIS di Manganitu. Dari sana ia meneruskan ke Christelijk Middagkweekschool di Bandung, Jawa Barat, lalu Christelijk Hogere Kweekschool di Solo, Jawa Tengah.Pada masa bersekolah ini, J.E. Tatengkeng mulai berkenalan dengan Tachtigers, suatu aliran kesusastraan Belanda yang disebut juga sebagai Angkatan 80-an. Aliran kesusastraan inilah yang kemudian banyak mempengaruhi sajak-sajaknya.
Karier
Selain sebagai penyair, J.E. Tatengkeng juga merupakan tokoh pendidikan dan negarawan. Sebagai tokoh pendidikan ia pernah menjadi guru bahasa Indonesia di Tahuna tahun 1932, Kepala Schakelschool di Pulau Siau, Kepala Sekolah HIS di Tahuna, Menteri Muda urusan Pengajaran tahun 1948, dan terakhir Kepala Jawatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Kemendikbud perwakilan Sulawesi tahun 1951. Di Makassar, ia turut mengajar dan membidani lahirnya Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.Sebagai negarawan, J.E. Tatengkeng pernah menjabat sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur pada rentang tahun 1949-1950.
Karya
Karyanya yang terkenal ialah Rindu Dendam (1934) yang berisi 32 sajak yang ia tulis. Karya-karyanya yang lain disebutkan di sini:[1]Puisi – Di Majalah Poedjangga Baroe
|
Puisi di majalah-majalah lain
|
- Datuk yang Ketularan
- Kemeja Pancawarna
- Prawira Pers Tukang Nyanyi
- Saya Masuk Sekolah Belanda
- Sepuluh Hari Aku Tak Mandi
- Lena (1958)
Referensi
- ^ R.S. Kurnia. Napas Kristen Pada Angkatan Pujangga Baru. Bio-Kristi edisi 13 (13-8-2007). http://www.biokristi.sabda.org/napas_kristen_pada_angkatan_pujangga_baru
- O KataSudah genap …O kataDua patahYang dikata dengan nyataOleh badan payah patahItu kataAda beritaTerbesar dari sewartaKarna oleh kata nyataTuhan menang segala titah!Karna kataAku sertaOleh Allah diberi hartaSelamat alam semestaSepantun LautDuduk di pantai waktu senja
Naik di rakit buaian ombak
Sambil bercermin di air kaca
Lagi diayunkan lagu ombak
Lautan besar bagai bermimpi
Tidak gerak, tetap berbaring
Tapi pandang karang di tepi
Di sana ombak memecah nyaring
Gerak dalam diam
Diam dalam gerak
Menangis dalam gelak
Gelak dalam bermuram
Demikian sukma menerima alam
Bercinta, meratap, merindu dendamPanggilan Pagi Minggu - J. E. Tatengkeng
Sedang kududuk di ruang bilikBermain kembang di ujung jariYang tadi pagi telah kupetikAkan teman sepanjang hariKudengar amat perlahanMendengung di ombak udaraMenerusi daun dan dahanBunyi lonceng di atas menaraKatanya :Kupanggil yang hidup, Kukui apang biaheKutangisi yang mati, Lulungkang u apang natePinta jiwa jangan ditutupLuaskan Aku masuk ke hatiMasuklah, ya, Tuhan dalam hatiku!
Berikan Daku BelukarTerhanyut oleh aliran zaman, Indahlah taman
Aku terdampar di dalam taman, Indahlah taman
Kuheran amat, Di mata zaman!
Memandang tempat!
Di situ nyata kuasa otak,Dan kalau hari sudah petang
Taman dibagi berpetak-petak,Ribuan orang ke taman datang
Empat segi, tiga segi
Yang coreng-moreng tak ada lagiBerikan daku Belukar saja
Rumput digunting serata-rataTempat aku memuji Rasa!
Licin sebagai birun kaca
Bunga ditanam beratur-atur
Tegak sebagai bijian catur
Jalan digaris selurus-lurus
Bersih, sehari disapu terus!
Di Bawah PohonDaunan kayu permainan anginSinarnya syamsu hinggap di dahanWayu berembusan hawa yang dinginSemerbak bunga berkelimpahanDuduk berdua dalam percintaanLupakan alam makhluk semuaS’mbari merangkai tali kerinduanHubungkan sukma kami berduaAdindaku! Di sini kita senangKini cinta berlimpah di mataKasih yang merindu susah ditahanUntung selamat selalu dikenangPersatuan jiwa bertambah nyataYang kekalan, anugrah TuhanBulan TerangSunyi lengang alam terbentangUdara jernih tenangDi langit mengerlip ribuan bintangBulan memancar caya senangAngin mengembus tertahan-tahanDan berbisik rasa kesukaanBulan beralih perlahan-lahanMenuju magrib tempat peraduanHati yang masygul menjadi senangSukma riang terbang melayangKarna lahir Kerinduan semalamRibaan Hua yang kukenangKudapat t’rang, kasih dan sayangSerta damai hati di dalamDi Pantai, Waktu PetangMercak-mercik ombak kecil memecah
Gerlap-gerlip sri syamsu mengerling
Tenang-menyenang terang cuaca
Biru kemerahan pegunungan keliling
Berkawan-kawan perahu nelayan
Tinggalkan teluk masuk harungan
Merawan-rawan lagunya nelayan
Bayangan cinta kenang-kenangan
Syamsu menghintai di balik gunung
Bulan naik tersenyum simpul
Hati pengarang renung termenung
Memuji rasa-sajak terkumpul
Makin alam lengang dan sunyi
Makin merindu Sukma menyanyidiposkan oleh http://puisimerahhati.blogspot.com/
0 komentar:
Post a Comment