Dalang: Ki Slamet Gundono
''MY son, kita harus membuang karma
keluarga yang selalu andalkan kekerasan. Memang susah, but harus,'' kata Bima
membuka perbincangan.
Ya, siang itu Bima sedang meregenerasi tiga
keturunannya Gatotkaca, Antareja, dan Antasena menjadi tokoh Ngamarta yang
bijaksana. Bima memerintahkan ketiganya belajar kehalusan budi ke Puntadewa.
Setelah copot alas kaki masing-masing,
jalan pake dengkul, mereka mendekati Uwak Puntadewa yang umik-umik zikir di
musala. ''Uwak, kami siap menerima pelajaran,'' kata tiga putra Bima itu
kompak.
''Pa kagak sale, daddy kalian kirim ente ke
sini? Uwak kagak punye ape-ape," ujar Puntadewa. Yang pasti Puntadewa
menolak kekerasan apa pun bentuknya. Dan untuk menjadi tokoh panutan, harus
menjauhi itu semua. Itulah wejangan terakhir Puntadewa. Lantas, tiga kesatria
itu dikirim lewat mesin lorong waktu ke daerah penuh kekerasan. Mereka harus
bisa menyelesaikan dengan dialog tanpa kekerasan.
Ketiganya sudah masuk tabung lorong waktu.
Sementara di depan komputer, Puntadewa serius memasukkan kode-kode. Enter
ditekan, claap, Gatotkaca clingukan di daerah asing. Desa bukan, dikatakan kota masih jauh. Kagak
masuk akal daerah seperti ini ada konflik, pikir Gatotkaca.
''What?...jadi ni kekuasaan Genk NERO
(neko-neko kroyok),'' seru Gatotkaca kaget setelah tanya sana-sini. Dia lantas
berubah jadi cewek. Tujuan pertamanya adalah boutique khusus cewek. Kumisnya
yang mbaplang dikerok. Jarit wiron diganti rok mini yang pamerkan pahanya
mulus. Wig cokelat disematkan dan nama Gatotkaca diubah menjadi Caca.
Ternyata ke-imut-an Caca bikin pemuda Pati
klepek-klepek. Ngerasa tersaingi, salah satu anggota Nero minta bantuan
sohibnya untuk menculik Caca. Di daerah sepi, Caca nurut digelandang. Di rumah
sepi, Caca diinterogasi.
''Ca,.. kowe ki mateni pasaran, ngerti ora?
Kemakine lho,'' ujar salah satu cewek. Plaak, tamparan keras menghunjam pipi
Caca. Anggota Nero kagak tau, mesin dilawan, ya mereka sendiri yang pringisan.
Tangannya pada lecet-lecet merah.
Wuus, dari belakang tiba-tiba ada yang
njambak. So, wig Caca lepas, O...O, kamu ketahuan. Muncullah kegantengan
Gatotkaca.
''Hidup nih dah keras. But jangan gitu
dong. Ilang deh kecantikan kalian,'' sabda Gatotkaca. Cewek anggota nero malah
sekarang ngrayu minta dijadikan girlfriend. ''Maaf saya not luv with girl
without love,'' ujar Gatotkaca dengan bahasa Inggris acakadul. Tapi, sabda itu
membuat cewek-cewek Nero mulai menyadari bahwa belajar mencintai sesama lebih
baik daripada main keroyok.
***
Di tempat lain, Antasena montang-manting
dibawa mesin waktu. Plenyeek, Antasena tak sengaja menginjak cokelat di Stade
de Geneve, Genewa, Swiss. Antasena berbaur di antara ribuan supporter Turki dan
Republik Ceko di Euro 2008. Arda Turan meliuk-liuk membawa bola, tiba-tiba
sebuah kaki keras mengganjal. Arda Turan pun kruntelan. Wajar dalam sepak bola,
batin Antasena.
Giliran Jan Koller berhasil menghindari
hadangan Nihat Kahveci. Tapi kaki Tuncay Sanli, bikin Koller mencium rumput.
Bukan kekerasan, bisik Antasena.
Sampai-sampai mata Antasena dipelototkan,
tapi tetap nihil. Wah, di sini tak ada kekerasan, gerutu Antasena. Tiba-tiba,
pletak, sebuah kaleng minum nyasar di kepala bagian belakang Antasena. Antasena
mbludak seketika dan menengok ke belakang.
Ampun, ternyata ribuan pendukung kedua
kesebelasan saling adu jotos. Antasena keluarkan aji sembur air. Muncul ribuan
Antasena mencoba untuk melerai. Memang keadaan sudah out of control. ''Semuanya
diam, listen to me about football history, ok,'' teriak Antasena.
Pencipta football dulu menciptakan untuk
olah raga, alat pemersatu, dan--yang utama--me-raket-kan saduluran. Semuanya
sontak diem, pelan tapi pasti mereka merangsek ke arah Antasena. Diawali sebuah
tangan memegang lengan Antasena. Diikuti tangan kedua, ketiga sampai Antasena
jadi bulan-bulanan, dipoteng-poteng untuk rebutan. ''Ini barang punya gue,''
ujar mereka.
Antasena berteriak ketakutan. Gatotkaca
dalam perjalanan pulang sempat mendengar dan turun membantu. Antasena
di-goblok-goblok-kan Gatotkaca. Lha turun ke dunia, Antasena masih bentuk
wayang kulit. Maka, dia pun jadi rebutan para suporter, dikira suvenir antik.
''Ni baru hebat, wayang bisa jadi sumber kerusuhan,'' celetuk Antasena
nyrenges.
***
Di tengah terik, Antareja terpaku memandang
sebuah bangunan tinggi menjulang dengan emas di puncaknya, Tugu Monas.
''Sekarang ibu kota aman, lha wong polisinya sudah cepat bertindak. Tuh lihat
sana,'' jawab Gatotkaca waktu ditelepon Antareja.
Kaki Antareja lantas dilangkahkan ke Mapolda.
Tak dinyana, Antareja berkenalan dengan seorang tahanan, Pollycarpus. Dari
cerita, dia sampai jadi pesakitan gara-gara es cendol. Antareja melongo. Tapi
es cendol yang dicampuri arsenik, bisik Pollycarpus.
Tapi tidak adil kalau hanya dia yang di sini,
batin Antareja. Pollycarpus lantas menyebutkan beberapa nama. Tak
tanggung-tanggung, nama yang diembel-embeli jabatan-jabatan penting negara ini.
Wajah Antareja menekuk dalam, ketakutan.
Dengan handphone, di-SMS-nya: Uwak Puntadewa, saya tidak jadi tokoh saja.
Sebab, kasus kekerasan ini keji dan terencana. Saya mengundurkan diri.
0 komentar:
Post a Comment