Daftar karya Amir Hamzah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
![]() Amir Hamzah, foto tak bertanggal |
||
Terbitan | ||
---|---|---|
↙Buku | 1 | |
↙Artikel | 12 | |
↙Cerita | 4 | |
↙Koleksi | 3 | |
↙Puisi | 50 | |
↙Prosa lirik | 18 | |
↙Puisi terjemahan | 44 | |
↙Prosa lirik terjemahan | 1 | |
↙Buku terjemahan | 1 |
Lahir dari keluarga bangsawan Melayu di Langkat, Hamzah merampungkan pendidikannya di sekolah pemerintah kolonial Belanda di beberapa kota di Sumatera dan Jawa.[2] Pada tahun 1928, ia bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setingkat SMP) di ibu kota kolonial Batavia (sekarang Jakarta); ia menulis puisi-puisi pertamanya waktu itu.[3] Karya pertamanya yang berjudul "Maboek..." dan "Soenji" terbit di majalah Timboel edisi Maret 1932. Pada akhir tahun itu, ia telah menerbitkan cerita pendek dan prosa lirik di Timboel dan Pandji Poestaka.[4]
Salah satu karyanya, prosa lirik berjudul "Poedjangga Baroe", bertujuan mempromosikan majalah dengan nama serupa yang didirikan Hamzah bersama Armijn Pane dan Sutan Takdir Alisjahbana.[5] Majalah yang pertama dirilis bulan Juli 1933 ini menerbitkan banyak tulisan Hamzah. Ia menulis sebagian besar karyanya sebelum tahun 1935, meski kebanyakan baru diterbitkan menjelang tahun tersebut. Setelah dipaksa pulang ke Langkat dan menikah tahun 1937, Hamzah menjadi perwakilan pemerintah nasional setelah proklamasi kemederkaan Indonesia tahun 1945. Tahun berikutnya, ia ditangkap, ditahan, dan dieksekusi saat revolusi pimpinan Partai Komunis.[2] Tulisan terakhirnya, potongan puisinya tahun 1941, "Boeah Rindoe", ditemukan di dalam selnya.[6]
Beberapa puisi pertamanya mengikuti aturan pantun tradisional, termasuk struktur empat baris dan kuplet berimanya.[7] Karya-karya terakhirnya beralih dari struktur tradisional, tetapi Jassin menganggap Hamzah mempertahankan gaya penulisan Melayu yang tidak ada duanya.[8] Tema karyanya bervariasi: Boeah Rindoe, antologi pertama yang ditulis secara kronologis, dipenuhi rasa rindu dan kehilangan, sementara karya di Njanji Soenji lebih bersifat religius.[9] Hamzah mendapat pengakuan luas atas puisi-puisinya. Jassin menjulukinya "Raja Penyair Zaman Poedjangga Baroe",[10] sedangkan ahli sastra Indonesia asal Belanda A. Teeuw mendeskripsikan Hamzah sebagai satu-satunya penyair Indonesia berkelas dunia dari masa Revolusi Nasional Indonesia.[11]
Daftar berikut terbagi menjadi tiga tabel berdasarkan jenis karya di dalamnya. Tabel-tabel ini awalnya disusun berdasarkan urutan abjad judulnya, namun bisa diurutkan berdasarkan elemen lain. Judul-judulnya memakai ejaan asli disertai ejaan yang disempurnakan di bawahnya. Untuk karya tanpa judul, kata-kata pertamanya ditulis dalam kurung. Tahun yang dicantumkan adalah tahun pertama terbit; cetakan ulang tidak dihitung. Selain yang diberi catatan, entri-entri daftar ini didasarkan pada kompilasi puisi buatan Jassin (1962).
Artikel
Judul | Bulan terbit pertama | Publikasi | Catatan |
---|---|---|---|
"Abdullah" | Agustus 1933 | Poedjangga Baroe | Esai tentang Abdullah bin Abdul Kadir |
"Inleiding Tot de Studie van den Heiligen Qoer-an" "Pengenalan Studi Al-Quranul Karim" |
Desember 1934 | Poedjangga Baroe | Tinjauan buku |
"De Islamietische Vrouw en Haar Recht" "Muslimah dan Hak-Haknya" |
April 1935 | Poedjangga Baroe | Tinjauan buku |
"Kesoesasteraan Indonesia Baroe" "Kesusastraan Indonesia Baru" |
Januari 1941 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra Indonesia |
"Modern Maleisch Zakelijk Proza" "Prosa Bisnis Melayu Modern" |
November 1934 | Poedjangga Baroe | Tinjauan buku |
"Pantoen" "Pantun" |
Maret 1935 | Poedjangga Baroe | Studi syair tradisional dari pantun |
"Pembitjaraan Kesoesasteraan Adjam" "Pembicaaan Kesusastraan Ajam" |
Oktober 1934 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra Persia |
"Pembitjaraan Kesoesasteraan Arab" "Pembicaraan Kesusastraan Arab" |
September 1934 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra Arab |
"Pembitjaraan Kesoesasteraan India" "Pembicaraan Kesusastraan India" |
Juni 1934 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra India |
"Pembitjaraan Kesoesasteraan Indonesia" "Pembicaraan Kesusastraan Indonesia" |
Desember 1934 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra Indonesia, dua bagian |
"Pembitjaraan Kesoesasteraan Tionghoa" "Pembicaraan Kesusastraan Tionghoa" |
Agustus 1934 | Poedjangga Baroe | Esai tentang sastra Cina |
"Rindoe Dendam" "Rindu Dendam" |
Maret 1935 | Poedjangga Baroe | Tinjauan buku |
Buku
Judul | Tahun terbit | Publikasi | Catatan |
---|---|---|---|
Sastera Melajoe Lama dan Radja-Radja'nja Sastra Melayu Lama dan Raja-Rajanya |
1942 | Tjerdas | Diadaptasi dari pidato radio |
Buku terjemahan
Judul | Tahun terbit | Publikasi | Catatan |
---|---|---|---|
Bhagawad-Gita | 1933–35 | Poedjangga Baroe | Terjemahan Bhagavad Gita dalam tujuh belas bagian, berdasarkan terjemahan bahasa Belanda oleh J.W. Boissevain |
Koleksi puisi
Judul | Tahun terbit | Publikasi | Catatan |
---|---|---|---|
Boeah Rindoe Buah Rindu |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe | Kelak diterbitkan dalam bentuk buku |
Njanji Soenji Nyanyi Sunyi |
November 1937 | Poedjangga Baroe | Kelak diterbitkan dalam bentuk buku |
Setanggi Timoer Setanggi Timur |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Kelak diterbitkan dalam bentuk buku |
Puisi asli
![]() |
Karya tidak diterbitkan |
Judul | Bulan pertama terbit | Publikasi |
---|---|---|
"Astana Rela" "Istana Rela" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Barangkali" | November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Batoe Belah" "Batu Belah" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Berdiri Akoe" "Berdiri Aku" |
Oktober 1933 | Poedjangga Baroe |
"Berlagoe Hatikoe" "Berlagu Hatiku" |
Maret 1934 | Poedjangga Baroe |
"Boeah Rindoe" "Buah Rindu", dalam empat bagian |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Bonda" "Ibunda" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Dagang" | April 1932 | Timboel |
"Dalam Matamoe" "Dalam Matamu" |
Februari 1933 | Pandji Poestaka |
"Didalam Kelam" "Di Dalam Kelam" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Digapoera Swarga" "Di Gapura Surga" |
Juli 1935 | Poedjangga Baroe |
("Djaoeh Soenggoeh Terpelak Haloean")![]() ("Jauh Sungguh Terpelak Haluan"), ditulis 1945 |
N/A | N/A |
"Doa Pojangkoe" "Doa Moyangku" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Elok Toendok" | Desember 1936 | Poedjangga Baroe |
"Hang Toeah" "Hang Tuah" |
April 1932 | Timboel |
"Hanja Satoe" "Only One" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Hari Menoeai" "Harvest Day" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Haroem Ramboetmoe" "Harum Rambutmu" |
November 1932 | Timboel |
"Iboekoe Dahoeloe" "Ibuku Dahulu" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Insjaf" "Insaf" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Kamadewi" | Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Karena Kasihmoe" "Karena Kasihmu" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Kenang-Kenangan" "KEnang-Kenangan" |
November 1932 | Timboel |
"Koebangkitkan Badan" "Kubangkitkan Badan" |
September 1935 | Timboel |
("Koelihat Tanah Terhampar")![]() ("Kulihat Tanah Terhampar"), ditulis 1945 |
N/A | N/A |
"Koesangka" "Kusangka" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Maboek..." "Mabuk..." |
Maret 1932 | Timboel |
"Malam" | September 1933 | Poedjangga Baroe |
"Mendjelma Poela" "Menjelma Pula" |
November 1936 | Poedjangga Baroe |
"Naik-Naik" | April 1935 | Poedjangga Baroe |
"Pada Sendja" "Pada Senja" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Padamoe Djoea" "Padamu Jua" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Permainanmoe" "Permainanmu" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Poernama Raja" "Purnama Raya" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Ragoe" "Ragu" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
("Remoekkan Rindoe") ("Remukkan Rindu") |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Sebab Dikaoe" "Sebab Dikau" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Selaloe Sedih" "Selalu Sedih" |
Januari 1937 | Poedjangga Baroe |
"Semoga" "Semoga", dipakai di kata pengantar |
1942 | Sastera Melajoe Lama dan Radja-Radja'nja |
"Senjoem Hatikoe, Senjoem" "Senyum Hatiku, Senyum" |
June 1941 | Poedjangga Baroe |
"Soeboeh" "Subuh" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Soenji" "Sunyi" |
Maret 1932 | Timboel |
("Soenji Itoe Doeka") ("Sunyi Itu Duka") |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Teloek Djajakatera" "Teluk Jakarta" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Tetapi Akoe" "Tetapi Aku" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Tinggallah" "Tinggallah" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Tjempaka..." "Cempaka..." |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Tjempaka Moelia" "Cempaka Mulia" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Toehankoe Apatah Kekal?" "Tuhanku Apatah Kekal?" |
Juni 1941 | Poedjangga Baroe |
"Toeroen Kembali" "Turun Kembali" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
Puisi terjemahan
Judul | Tahun terbit | Penerbit | Catatan |
---|---|---|---|
("Adam Dibentoek Toehan dengan Emboen Tjinta") ("Adam Dibentuk Tuhan dengan Embun Cinta") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Sadreddin |
("Adoeh Kalaoe Kita Bertemoe") ("Aduh, Kalau Kita Bertemu") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Adoe Kekasihkoe, Semoga Dapat Akoe Berboeni dalam Sadjakkoe") ("Aduh Kekasihku, Semoga Dapat Aku Berbunyi dalam Sajakku") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Turki |
("Alangkah Tjemboeroe") ("Alangkah Cemburu") |
October 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Kobayashi Issa |
("Banjaknja Membanding Awan") ("Banyaknya Membanding Awan") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Matsuo Basho |
("Bertjerai Dengan Dikaoe, Kekasihkoe") ("Bercerai Dengan Dikau, Kekasihku") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Boeroeng Djinak Disangkarnja, Boeroeng Liar Dirimba Raja") ("Burung Jinak di Sangkarnya, Burung Liar di Rimba Raya") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Rabindranath Tagore |
("Dara Remadja") ("Dara Remaja") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Khwaja Ghulam Farid |
("Dengan Apa Koeperbandingkan Hidoep Kita dalam Doenia") ("Dengan Apa Kuperbandingkan Hidup Kita dalam Dunia") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Dengan Soelingkoe Terboeat dari Batoe Djid") ("Dengan Sulingku Terbuat dari Batu Jade") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Cina |
("Diam Keloear Njanji Poedjangga") ("Diam Keluar Nyanyi Pujangga") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Tukaram |
("Dibawah Tedoeh Tjemara, Toemboeh Diatas Karang") ("Di Bawah Teduh Cemara, Tumbuh di Atas Karang") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Digenta-Kelenteng Raja") ("Di Genta Kelenteng Raya") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Yosa Buson |
("Djika Menjanji Tjendrawasih") ("Jika Menyanyi Cenderawasih") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Djika Senda Bersandar di Dada Dinda") ("Jika Senda Bersandar di Dada Dinda") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Li Hongzhang |
("Farid, Djika Manoesia Memoekoel Sendja") ("Farid, Jika Manusia Memukul Senja") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Khwaja Ghulam Farid |
("Gelombang Melanggar Karang") | Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Minamoto no Shigeyuki |
("Hatikoe, Hatikoe, Soekma Segala Soekma") ("Hatiku, Hatiku, Sukma Segala Sukma") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Kabir |
("Ingin Koetahoe Dipandang Mana") ("Ingin Kutahu Dipandang Mana") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Fukuda Chiyo-ni |
("Inilah, Toehankoe, Oentoekmoe Poedjian-Raja") ("Inilah, Tuhanku, UntukMu Pujian Raya") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Kemalpascha Saidi Ahmad |
("Kalaoe Engkaoe Boekit") ("Kalau Engkau Bukit") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Rav Das |
("Kalaoe Sebenarnja Hidoep Hanja Mimpi") ("Kalau Sebenarnya Hidup Hanya Mimpi") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Li Bai |
("Kekasihkoe Seperti Roempoet") ("Kekasihku Seperti Rumput") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Ono no Yoshiki |
("Kilaoe-Kemilaoe, Lemah Menggeletar, Melajang Pepatoeng Diatas Tasik") ("Kilau-Kemilau, Lemah Menggeletar, Melayang Pepatung di Atas Tasik") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Cina |
("Koemangoekan Selaloe Boeah-Hatikoe") ("Kumangukan Selalu Buah Hatiku") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Hamdi |
("Mata Terlajang... Tersentak Djaga...") ("Mata Terlayang... Tersentak Jaga") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Moga Diberi Allah") ("Semoga Diberi Allah") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan 33 kuatrain karya Omar Khayyám |
("Pada Kala Akoe Mengambil Air") ("Pada Kala Aku Mengambil Air") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Meera |
("Paja Toea Beradoe Tjendera") ("Payau Tua Beradu Cendera") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Matsuo Basho |
("Perahoekoe Diatas Air Berhanjut Lambat") ("Perahuku di Atas Air Berhanyut Lambat") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Du Fu |
("Perlahan Boelan Berdjalan, Dilangit Biroe-Toea") ("Perlahan Bulan Berjalan, di Langit Biru Tua") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Wang Seng Yu |
("Permainja Ramboet Dara") ("Permainya Rambut Dara") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Tan Taigi |
"Sadjak Seboeah" "Sajak Sebuah" |
Mei 1934 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Mesir |
("Seroepa Roempoet Moeda") ("Serupa Rumput Muda") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Tangan Berpegangan Tangan dan Mata Bertukar Pandang") | Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Rabindranath Tagore |
("Terangnja Boelan") ("Terangnya Bulan") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Kosen |
("Tiadakah Akoe Mendjadi Wali") ("Tiadakah Aku Menjadi Wali") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Seyfi |
("Timboel Boelan Keenam") ("Timbul Bulan Keenam") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Yamabe no Akahito |
("Tjeritakan, Oendankoe, Kabaranmoe Kawi") ("Ceritakan, Undanku, Kabarmu") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Kabir |
("Wah Lajang, Doekong Akoe") ("Wah Layang, Dukung Aku") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Tama |
("Wah! Doea Bamboe Moeda-Oesia") ("Wah! Dua Bambu Muda Usia") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi Jepang |
("Wah! Semoga Gelombang Berpoetjak Poetih") ("Wah! Semoga Gelombang Berpuncak Putih") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Prince Aki |
("'Wah' Kesahnja, 'Kaoe Dengar Ajam-Djantan'") ("'Wah' Kesahnya, 'Kau Dengar Ayam Jantan'") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Sji King |
("Walaoepoen Koedajakan Giat") ("Walaupun Kudayakan Giat") |
Oktober 1939 | Poedjangga Baroe | Terjemahan puisi karya Taira no Kanemori |
Prosa lirik asli
Judul | Bulan pertama terbit | Publikasi |
---|---|---|
"Berselisih" | May 1934 | Poedjangga Baroe |
"Bertemoe" "Bertemu" |
March 1934 | Poedjangga Baroe |
"Boeroengkoe" "Burungku" |
January 1937 | Poedjangga Baroe |
"Doa" | November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Hanjoet Akoe" "Hanyut Aku" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Kekasihkoe" "Kekasihku" |
January 1937 | Poedjangga Baroe |
"Kekasihkoe..." "Kekasihku..." |
October 1935 | Poedjangga Baroe |
"Koernia" "Kurnia" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
("Leka Kanda Merenoeng Koesoema") ("Leka Kanda Merenung Kusuma") |
December 1932 | Pandji Poestaka |
"Memoedji Dikaoe" "Memuji Dikau" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Mengawan" | November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Moedakoe" "Mudaku" |
April 1934 | Poedjangga Baroe |
"Moedakoe (II)" "Mudaku (II)" |
January 1936 | Poedjangga Baroe |
"Njoman" | December 1935 | Poedjangga Baroe |
"Pandji Dihadapankoe" "Panji di Hadapanku" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Poedjangga Baroe" "Pujangga Baru" |
December 1932 | Pandji Poestaka |
"Taman Doenia" "Taman Dunia" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
"Terboeka Boenga" "Terbuka Bunga" |
November 1937 | Poedjangga Baroe |
Prosa lirik terjemahan
Judul | Bulan pertama terbit | Publikasi | Catatan |
---|---|---|---|
"Sjiroel-Asjar" "Syirul Asyar" |
Juli 1933 | Poedjangga Baroe | Terjemahan beberapa ayat Quran tentang Sulaiman |
Cerita
Judul | Bulan pertama terbit | Publikasi |
---|---|---|
"Atik..." | November 1932 | Pandji Poestaka |
"Gambang" | Desember 1932 | Pandji Poestaka |
"Radja Ketjil" "Raja Kecil" |
September 1934 | Poedjangga Baroe |
"Soeltan Ala'oeddin Rajat Sjah" "Sultan Alauddin Riayat Syah" |
Oktober 1933 | Poedjangga Baroe |
Catatan kaki
- ^ Jassin 1962, hlm. 41.
- ^ Language Center, Amir Hamzah.
- ^ Jassin 1962, hlm. 8–9.
- ^ Jassin 1962, hlm. 211–219.
- ^ Foulcher 1991, hlm. 14–17.
- ^ Jassin 1962, hlm. 214.
- ^ Teeuw 1980, hlm. 130.
- ^ Jassin 1962, hlm. 15.
- ^ Balfas 1976, hlm. 62–64.
- ^ Jassin 1962, cover.
- ^ Teeuw 1980, hlm. 123.
Rujukan
- "Amir Hamzah" (dalam bahasa Indonesian). National Language Centre. Diarsipkan dari aslinya tanggal 26 Desember 2011. Diakses 26 Desember 2011.
- Balfas, Muhammad (1976). "Modern Indonesian Literature in Brief". In L. F., Brakel. Handbuch der Orientalistik [Handbook of Orientalistics] 1. Leiden, Netherlands: E. J. Brill. ISBN 978-90-04-04331-2. Diakses 13 Agustus 2011.
- Foulcher, Keith (1991). Pujangga Baru: Kesusasteraan dan Nasionalisme di Indonesia 1933–1942 [Pujangga Baru: High Literature and Nationalism in Indonesia 1933-142] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Girimukti Pasaka. OCLC 36682391.
- Jassin, H.B. (1962). Amir Hamzah: Radja Penjair Pudjangga Baru [Amir Hamzah: King of the Pudjangga Baru Poets] (dalam bahasa Indonesian). Gunung Agung. OCLC 7138547.
- Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia [New Indonesian Literature] (dalam bahasa Indonesian) 1. Ende: Nusa Indah. OCLC 222168801.
Kumpulan Puisi Tengku Amir Hamzah
Puisi-Puisi Amir HamzahPADAMU JUAHabis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku……….SubuhKalau subuh kedengaran tabuh
Semua sepi sunyi sekali
Bulan seorang tertawa terang
Bintang mutiara bermain cahaya
Terjaga aku tersentak duduk
Terdengar irama panggilan jaya
Naik Gembira meremang roma
Terlihat panji terkibar dimuka
Seketika teralpa
Masuk bisik hembusan setan
Meredakan darah debur gemuruh
Menjatuhkan kelopak mata terbuka
Terbaring badanku tiada berkuasa
Tertutup mataku berat semata
Terbuka layar gelanggang angan
Terulik hatiku didalam kelam
Tetapi hatiku, hatiku kecil
Tiada terlayang di awang dendang
Menangis ia [...]InsyafSegala kupinta tiada kauberi
Segala kutanya tiada kau sahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari
Maju mundur tiada berdaya
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada
Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana
Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahsia jalan bertemu
Insyaf diriku dera durhaka
Gugur [...]Ibuku DehuluIbuku dehulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku
Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau balau
Jurang celaka terpandang dimuka
Kusongsong juga-biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikucupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejak sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau:
Ibu, bapa, kekasih [...]BarangkaliEngkau yang lena dalam hatiku
Akasa swarga nipis-tipis
Yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit Gunung
Buka mata-mutira-mu
Sentuh kecapi lirdusi
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi-nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Biar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang kenang membanting diriHanya SatuTimbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa
***
Bersemayam sempana di jemala gembala
Duriat jelita bapakku Ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda .
Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad.
Aduh kekasihku
Padaku semua tiada berguna
Merasa dikau dekat rapat
Serupa Musi di puncak TursinaPermainanmuKaukeraskan kalbunya
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkaimu bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
Dihadapanmu lawanmu
Tongkatnya melingkar merupa ular
Tangannya putih, putih penyakit
Kekayaanmu nyata,terlihat terang
Kekasihmu ditindasnya terns
Tangan,tapi tersembunyi
Mengunci bagi paten
Kalbu ratu rat rapat
Kaupukul raja-dewa
Sembilan cambuk melecut dada
Putera-mula peganti diri
Pergi kembaii ke asal asli
Bertanya aku kekasihku
Permainan engkau permainkan
Kautulis kaupaparkan
Kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
Kaulipu lipatkan
Kaukelam kabutkan
Kalbu ratu dalam genggammu
Kauhamparkan badan
Ditubir bibir pantai permai
Raja ramses penaka durjana
Jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
Kekasihku astana sayang
Ratu restu telaga sempurna
Kekasihku mengunci hati
Bagi tali disimpul mati.Turun KembaliKalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah.
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali.Karena KasihmuKarena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna ditengah gembala
Sunyi sepi pitunang poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya.Sebab DikauKasihkan hidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
Hidup seperti mimpi
Laku lakon di layar terkelar
Aku pemimpi lagi penari
Sedar siuman bertukar-tukar
Maka merupa di datar layar
Wayang warna menayang rasa
Kalbu rindu turut mengikut
Dua sukma esa-mesra
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau di kotak terletak
Aku boneka engkau boneka
Penyelang dalang mengarak sajak.DoaDengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik,
setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung
rasa menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayuHanyut AkuHanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin
tiada air menolak ngelak
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berrepas tangan, aku tenggelam. Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi didawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!Taman DuniaKau masukkan aku ke dalam taman-dunia, kekasihku
Kaupimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa; kuntum tersenyum.
Kautundukkan haluku tegak, mencium wangi tersembunyi sepi.
Kaugemelaikan di pipiku rindu daun beldu melunak lemah.
Tercengang aku, takjub, terdiam.
Berbisik engkau:
Taman swarga, taman swarga mutiara rupa”.
Engkaupun lenyap.
Termangu aku gilakan rupaTerbuka BungaTerbuka bunga dalam hati!
Kembang rindang disentuh bibir-kesturi-mu.
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah bunga lampau, kekasihku.
Bunga sunting-hati-ku, dalam masa mengembara menanda dakau.
Kekasihku! inikah bunga sejati yang tiadakan layuMengawanRengang aku dari padaku, mengikut kawalku mengawan naik
Mewajah ke bawah, tertentang aku, lemah lunak, kotor, terhantar, paduan benda empat perkara.
Datang pikiran membentang kenang, membunga cahaya cuaca lampau, menjadi terang mengilau kaca.
Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka, berkasih pedih, bagi merpati bersambut mulut.
Tersenyum sukma, kasihan serta.
Benda mencintai benda………………….
Naik aku mengawan rahman, mengikut kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai cecah tersentuh, di kursi kesturiPanji di HadapankuKau kibarkan panji di hadapanku.
Hijau jernih diampu tongkat mutu-mutiara.
Di kananku berjalan, mengiring perlahan, ridlamu rata, dua sebaya, putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu, mendengar-dengar suara sayang, panggilan-panjang, jauh-teratuh, melayang-layang.
Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta, memohon-motion, moga terbuka selimut kabut, pembungkus halus nokta utama.
Jika nokta terduka-raya
Jika kabut tersingkap semua
Cahaya ridla mengilau ke dalam
Nur rindu memancar keluarMemuji DikauKalau aku memuji dikau, dengan mulut tertutup, mata terkatup,
Sujudlah segalaku, diam terbelam, di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu, mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku, digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,
bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku……………………
Dan,
Iapun melayang pulang,
Semata cahaya,
Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.KurniaKaukurnia aku,
Kelereng kaca cerah cuaca,
Hikmat raya tersembunyi dalamnya,
Jua bahaya dikandung kurnia,
Jampi kauberi, menundukkan kepala naga angkara.
Kelereng kaca kilauan kasih, menunjukkan daku itu lisan tanganmu.
Memaksa sukmaku bersorak raya, melapangkan dada¬ku menanti sentosa.
Sebab kelereng guli riwarni, kuketahui langit tinggi
berdiri, tanah rendah membukit datar.
Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi kejiDoa PoyangkuPoyangku rata meminta sama
Semoga sekali aku diberi
Memetik kecapi, kecapi firdusi
Menampar rebana, rebana swarga
Poyangku rata semua semata
Penabuh bunyian turun-temurun
Leka mereka karena suara
Suara sunyi suling keramat
Kini rebana di celah jariku
Tari tamparku membangkit rindu
Kucoba serentak genta genderang
Memuji kekasihku di mercu lagu
Aduh, kasih hatiku sayang
Alahai hatiku tiada bahagia
Jari menari doa semata
Tapi hatiku bercabang duaTurun KembaliKalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raya
Cahaya halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaung dunia
Di bawah teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdusi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku.
Terlihat ke bawah,
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembaliBatu Belah (kabaran)Dalam rimba rumah sebelah
Teratak bambu terlampau tua
Angin menyusup di lubang tepas
Bergulung naik di sudut sunyi
Kayu tua membetul tinggi
Membukak puncak jauh diatas
Bagai perarakan melintas negeri
Payung menaung jamala raja
Ibu papa beranak seorang
Manja bena terada-ada
Lagu lagak tiada disangkak
Mana tempat ibu meminta.
Telur kemahang minta carikan
Untuk lauk di nasi sejuk
Tiada sayang;
Dalam rimba telur kemahang
Mana daya ibu mencari
Mana tempat ibu meminta
Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta
Dengar…………….dengar!
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata
Rang………rang…………rangkup
Rang………rang…………rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali
Diam ibu berpikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini susahnya hidup
Biar ditelan batu bertangkup
Kembali pula suara bergelora
Bagai ombak datang menampar
Macam sorak semarai rampai
Karena ada hati berbimbang
Menyabut ibu sambil tersedu
Meragu langsing suara susah:
Batu belah batu dertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji
Bangkit bonda bedalan pelan
Tangis anak bertambah kuat
Rasa risau dermaharajalela
Mengangkat kaki melangkah cepat
Jauh ibu lenyap di mata
Timbul takut di hati kecil
Gelombang bimbang mengharu pikir
Berkata jiwa menanya bonda
Lekas pantas memburu ibu
Sambil tersedu rindu berseru
Dari sisi suara sampai
Suara raya batu bertangkup.
Lompat ibu ke mulut batu
Besar terbuka menunggu mangsa
Tutup terkatup mulut ternganga
Berderak-derik tulang-belulang
Terbuka pula,merah basah
Mulut maut menunggu mangsa
Lapar lebar tercingah pangah
Meraung riang mengecap sedap………….
Tiba dara kecil sendu
Menangis pedih mencari ibu
Terlihat cerah darak merah
Mengerti hati bonda tiada
Melompat dara kecil sendu
Menurut hati menaruh rindu……….
Batu belah, batu bertangkup
Batu tepian tempat mandi
Insya Allah tiadaku takut
Sudan demikian kuperbuat janji.Di dalam KelamKembali lagi marak-sumarak
Jilat melonjak api penyuci
Datam hatiku tumbuh jahanam
Terbuka neraka di lapangan swarga
Api melambai merengkung lurus
Merunta ria melidah belah
Menghangus debu mengitam belam
Buah tenaga bunga suwarga
Hati firdusi segera sentosa
Murtad merentak melaut topan
Naik kabut mengarang awan
Menghalang cuaca nokta utama
Berjalan aku di dalam kelam
Terus lurus moal berhenti
jantung dilebur dalam jahanam
Kerongkong hangus kering peteri
Meminta aku kekasihku sayang:
Turunkan hujan embun rahmatmu
Biar padam api membelam
Semoga pulih pokok percayakuIbuku DahuluIbuku Dahulu
Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergera
Mukanya masam menahan sedan
Berdiri akuBerdiri aku di senja senyapcamar melayang menepis buihmelayah bakau mengurai puncakberjulang dating ubur terkembangAngin pulang menyejuk bumimenepuk teluk menghempas emaslari ke gunung memuncak sunyiberayun-alun di atas alas-
- diposkan oleh http://puisimerahhati.blogspot.com/
0 komentar:
Post a Comment